Uji Kualitas Agens Pengendali Hayati

Agens pengendali hayati atau biopestisida yang akan kita gunakan sebaiknya kita uji terlebih dulu kualitasnya sebelum kita aplikasikan. Tujuan dari pengujian kualitasnya sendiri yaitu untuk melihat efektifitasnya dalam memberantas hama penyakit. Uji kualitas tersebut meliputi (1) Identifikasi, (2) uji kerapatan spora (3) uji viabilitas spora dan (4) antagonisme (khusus untuk agen antagonis).

Gambar 1. Trichoderma sp di media PSA

Identifikasi dalam uji kualitas agens pengendali hayati dimaksudkan untuk melihat apakah agens hayati yang kita eksplorasi merupakan agens pengendali hayati yang kita harapkan. Identifikasi dapat dilakukan secara biologi (taksonomi), serologi atau molekuler. Untuk agens hayati berupa cendawan karakter morfologi meliputi bentuk dan warna spora, sedangkan untuk bakteri meliputi bentuk bentuk dan warna koloni.

Uji kerapatan koloni bakteri atau cendawan bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah koloni bakteri yang dimiliki. Uji ini sangat penting dilakukan terutama sebelum mengaplikasikan agens pengendali hayati. Trichoderma/ Gliocladium yang siap diaplikasikan minimal 1 x 10'6 spora/g sedangkan untuk Beauveria/Metarhizium minimal 1 x 10'8 spora/g (Syahnen dkk, _____)

Uji terakhir yaitu uji viabilitas spora. Uji Viabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan spora dalam berkecambah. Viabilitas spora sangat dipengaruhi oleh umur biakan, kesuburan media serta faktor lingkungan seperti kadar air, suhu;,cahaya matahari, dll. Viabilitas spora digolongkan baik jika > 85 - 100%, sedang > 70 - 85% dan kurang < 55 - 70% (Ramli, 2004).

Khusus untuk agens antagonis, diperlukan 1 uji tambahan berupa uji antagonisme. Uji ini berguna untuk mengetahui daya infeksi atau daya bunuh dari suatu agens pengendali hayati. Pada uji antagonisme ini diperlukan patogen untuk mengetahui efektivitasnya misalnya untuk Trichoderma dan Gliocladium menggunakan fusarium.